Blog Hegen

Penting! Ini 8 Cara Aman Atasi Alergi Makanan pada Bayi

Alergi makanan pada bayi adalah reaksi imun yang tidak biasa terhadap protein tertentu yang terdapat dalam makanan. Kondisi ini cukup umum dan dapat menimbulkan berbagai gejala mulai dari ringan hingga berat, seperti ruam, gatal-gatal, eksim, gangguan pencernaan, hidung tersumbat, batuk, sesak napas, hingga anafilaksis. 

Beberapa jenis makanan yang bisa memicu terjadinya reaksi alergi diantaranya adalah susu sapi, telur, kacang tanah, almond, walnut, seafood, gandum, kedelai, dan lain-lain. Oleh sebab itu, Bunda wajib berhati-hati terhadap konsumsi harian yang disantap setiap hari dan saat memberikan makanan pendamping ASI. Apalagi jika memiliki riwayat keluarga yang punya alergi terhadap makanan tertentu.

Meski tidak selalu membahayakan nyawa, tapi hal ini tidak boleh disepelekan karena gejala yang muncul bisa mengganggu aktivitas sehari-hari dan kenyamanan si kecil. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan simak informasi seputar alergi makanan pada anak dalam artikel berikut ini.

Apa Itu Alergi Makanan pada Bayi?

Sebelum membahas secara detail tentang alergi makanan pada bayi, yuk pahami dulu tentang makna dari alergi makanan itu sendiri. Alergi makanan adalah reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh terhadap protein tertentu yang terdapat dalam makanan. 

Ketika seseorang dengan alergi makanan mengonsumsi makanan yang mengandung alergen, sistem kekebalan tubuhnya secara keliru mengidentifikasinya sebagai zat berbahaya dan memicu serangkaian respons imun. Ini dapat menyebabkan berbagai gejala yang bisa ringan hingga parah dan, dalam beberapa kasus, bisa mengancam nyawa.

Beberapa orang menganggap bahwa alergi makanan pada bayi sama dengan intoleransi makanan. Padahal, kenyataannya dua hal tersebut memiliki pengertian yang berbeda. 

Berdasarkan penyebabnya, alergi makanan merupakan respons sistem kekebalan tubuh terhadap protein tertentu dalam makanan. Sistem kekebalan tubuh mengidentifikasi protein ini sebagai zat berbahaya dan menghasilkan antibodi (IgE) yang memicu reaksi alergi.

Hal ini berbeda dengan intoleransi makanan yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk mencerna atau melakukan metabolisme pada komponen tertentu dalam makanan, seperti laktosa dalam susu atau gluten dalam gandum. Selain itu, hal ini juga tidak melibatkan sistem kekebalan tubuh.

Alergi makanan bisa dialami semua kalangan dari segala usia. Bahkan, bayi dan anak-anak lebih rentan mengalaminya. Kenapa demikian? Sistem kekebalan tubuh bayi belum sepenuhnya berkembang, sehingga lebih mungkin bereaksi berlebihan terhadap protein yang dianggap asing.

Selain itu, bayi yang terpapar makanan alergi pada usia dini mungkin mengembangkan alergi, terutama jika ada faktor risiko lain seperti riwayat keluarga. Faktor risiko lainnya juga bisa terjadi saat bayi mulai dikenalkan dengan makanan padat, yang membuat si kecil terekspos pada berbagai jenis protein makanan baru yang dapat memicu reaksi alergi.

Bahkan, apa yang dikonsumsi ibu selama kehamilan dan menyusui juga bisa memengaruhi risiko alergi pada bayi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pola makan ibu yang sehat dan bervariasi mungkin membantu mengurangi risiko alergi pada bayi.

Baca juga: MPASI 6 Bulan Pertama: Tips Sukses, Jadwal & Resep Mudahnya

Kenali Gejala Alergi Makanan pada Bayi

Sumber: freepik/EyeEM

 

Gejala alergi makanan pada bayi bisa bervariasi dari ringan hingga berat dan dapat muncul segera atau beberapa jam kemudian setelah mengonsumsi makanan pemicu. Berikut adalah beberapa gejala umum alergi makanan pada bayi yang wajib Bunda pahami.

1. Gejala Kulit

  • Ruam: Kemerahan atau bintik-bintik pada kulit, sering kali disertai dengan rasa gatal.
  • Gatal-gatal (Urtikaria): Bintik-bintik atau benjolan merah yang gatal dan bisa muncul di mana saja pada tubuh.
  • Eksim: Kulit kering, bersisik, dan gatal yang bisa bertambah parah setelah mengonsumsi makanan tertentu.
  • Pembengkakan: Pembengkakan pada wajah, bibir, lidah, atau kelopak mata.

2. Gejala Sistem Pencernaan

3. Gejala Sistem Pernapasan

  • Hidung Tersumbat atau Berair: Gejala mirip pilek.
  • Bersin: Bersin berulang.
  • Batuk: Batuk terus-menerus atau mengi.
  • Sesak Napas: Kesulitan bernapas atau napas berbunyi.

4. Gejala Sistem Kardiovaskular

  • Pingsan: Kehilangan kesadaran atau pusing.
  • Penurunan Tekanan Darah: Gejala seperti pusing atau pingsan yang bisa terjadi pada kasus yang parah.

5. Anafilaksis

Anafilaksis adalah reaksi alergi yang parah dan mengancam nyawa yang membutuhkan perawatan medis segera. Gejalanya meliputi hal-hal berikut ini.

  • Pembengkakan Tenggorokan: Kesulitan bernapas karena saluran napas menyempit.
  • Penurunan Tekanan Darah: Bisa menyebabkan pingsan atau syok.
  • Detak Jantung Cepat: Palpitasi atau detak jantung yang tidak teratur.
  • Kehilangan Kesadaran: Pingsan atau tidak responsif.

Baca juga: 4 Opsi Ikan Yang Bagus Untuk MPASI, Bunda Wajib Tahu!

Penyebab Alergi Makanan pada Bayi

Alergi makanan pada bayi disebabkan oleh reaksi berlebihan sistem kekebalan tubuh terhadap protein tertentu dalam makanan. Beberapa jenis makanan yang bisa menjadi pemicu alergi antara lain telur, susu sapi, kacang tanah, almond, kenari, ikan, kerang, gandum, dan kedelai.

Perlu Bunda pahami juga bahwa ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko dan memicu alergi makanan pada bayi. Berikut adalah beberapa penyebab utama alergi makanan pada bayi.

1. Genetika dan Riwayat Keluarga

Jika ada anggota keluarga yang memiliki alergi makanan, asma, eksim, atau kondisi alergi lainnya, bayi tersebut lebih mungkin mengembangkan alergi makanan. Selain itu, bayi dengan orang tua atau saudara kandung yang memiliki alergi akan memiliki risiko lebih tinggi.

2. Sistem Kekebalan Tubuh yang Belum Matang

Sistem kekebalan tubuh bayi belum sepenuhnya berkembang, sehingga lebih rentan bereaksi berlebihan terhadap protein dalam makanan.

3. Paparan Dini terhadap Alergen

Memperkenalkan makanan tertentu terlalu dini atau terlalu terlambat dapat meningkatkan risiko alergi. Di sisi lain, bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif mungkin lebih berisiko terkena alergi makanan.

4. Kondisi Kulit dan Eksim

Bayi dengan eksim parah lebih mungkin mengembangkan alergi makanan. Eksim adalah kondisi kulit yang sangat berkaitan dengan alergi.

5. Lingkungan dan Pola Makan Ibu

Paparan terhadap polusi udara dan asap rokok dapat meningkatkan risiko alergi pada bayi. Selain itu, makanan yang dikonsumsi ibu selama kehamilan dan menyusui juga dapat memengaruhi risiko alergi pada bayi. Oleh sebab itu, penting untuk menjaga pola makan sehat dan bervariasi untuk meminimalisir risiko alergi makanan pada bayi.

6. Infeksi dan Penyakit

Infeksi pada saluran pernapasan bagian atas dan infeksi gastrointestinal dapat memengaruhi perkembangan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko alergi makanan.

Baca juga: Feeding Rules: Pengertian, Manfaat, Dan Cara Penerapannya

Cara Mengatasi Alergi Makanan pada Bayi

Sumber: freepik/EyeEm

 

Mengatasi alergi makanan pada bayi memerlukan pendekatan yang hati-hati dan komprehensif untuk memastikan keselamatan dan kesehatan bayi. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengatasi alergi makanan pada bayi.

1. Memastikan Diagnosa Alergi

Bunda bisa bekerja sama dengan dokter anak atau ahli alergi untuk mendiagnosis alergi makanan melalui riwayat medis, tes kulit, tes darah, dan uji tantangan makanan. Setelah diketahui secara pasti apa penyebabnya, hindari memberikan makanan tersebut kepada bayi. 

2. Edukasi dan Kesadaran

Pastikan semua anggota keluarga dan pengasuh mengetahui alergi makanan bayi dan cara mengelolanya. Selain itu, berhati-hatilah saat membeli makanan kemasan dan periksa label makanan dengan cermat untuk memastikan tidak ada bahan yang memicu alergi.

3. Buat Rencana Penanggulangan saat Gejala Muncul

Susunlah rencana aksi alergi yang jelas, termasuk langkah-langkah yang harus diambil jika terjadi reaksi alergi. Bunda juga sebaiknya menyiapkan obat-obatan seperti antihistamin untuk reaksi ringan dan epinefrin (EpiPen) untuk reaksi parah seperti anafilaksis. Selain itu, pastikan semua pengasuh tahu cara menggunakan injektor epinefrin.

4. Pengenalan Makanan Baru secara Hati-Hati

Saat memperkenalkan makanan baru, lakukan satu per satu dan tunggu beberapa hari sebelum memperkenalkan makanan lain guna memantau reaksi alergi. Perhatikan dengan cermat setiap reaksi yang mungkin terjadi setelah memberikan makanan baru.

5. Konsultasi dan Pemantauan Berkala

Lakukan konsultasi rutin dengan dokter anak atau ahli alergi untuk memantau kondisi bayi dan memperbarui rencana pengelolaan alergi. Beberapa alergi makanan dapat sembuh seiring dengan pertumbuhan anak, jadi evaluasi secara berkala penting dilakukan.

6. Nutrisi yang Adekuat

Jika bayi harus menghindari makanan tertentu, pastikan mereka mendapatkan nutrisi yang cukup dari sumber lain. Dalam hal ini, Bunda bisa berkonsultasi pada ahli gizi atau dokter terkait. Bahkan, jika diperlukan, berikan suplemen yang direkomendasikan oleh dokter untuk memastikan pemenuhan asupan nutrisi pada si kecil.

7. Berkomunikasi dengan Pengasuh dan Pihak Sekolah

Informasikan pada pengasuh atau guru di tempat penitipan anak/sekolah tentang alergi makanan bayi dan cara mengelolanya. Bunda juga harus memastikan makanan bayi ditandai dengan jelas untuk menghindari kontaminasi silang atau pemberian makanan yang salah.

8. Lingkungan yang Aman

Pastikan peralatan makan dan tempat penyimpanan makanan bebas dari alergen yang dapat memicu reaksi. Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan untuk bayi juga sangat penting untuk diterapkan sebagai langkah pencegahan transfer alergen.

Baca juga: Kenali 7 Penyebab Bayi Tidak Mau Makan MPASI Di Sini!

Kapan Bayi Harus Dibawa ke Dokter saat Gejala Alergi Muncul?

Ketika bayi menunjukkan gejala alergi makanan, penting untuk mengetahui kapan harus segera membawa mereka ke dokter atau mencari bantuan medis. Beberapa gejala memerlukan perhatian medis segera karena bisa mengindikasikan reaksi alergi yang parah. Berikut adalah panduan tentang kapan bayi harus dibawa ke dokter saat gejala alergi muncul.

  • Saat muncul gejala anafilaksis seperti kesulitan bernapas, tenggorokan membengkak, tekanan darah menurun, detak jantung cepat dan tidak teratur, hingga warna kulit berubah pucat/kebiruan terutama di bagian bibir dan kuku.
  • Bayi muntah-muntah dan diare parah secara terus-menerus yang disertai dehidrasi.
  • Ruam menyebar dengan cepat, sensasi gatal yang meningkat, serta pembengkakan yang signifikan.
  • Ruam atau eksim tidak kunjung membaik setelah dilakukan pertolongan pertama.
  • Gejala alergi muncul secara terus-menerus setiap kali mengonsumsi makanan tertentu meski sifatnya ringan.

Baca juga: Ini Dia 10 Alat MPASI Yang Idealnya Bunda Siapkan

Cegah Alergi dengan Cara Ini

Pencegahan alergi makanan pada bayi melibatkan beberapa langkah yang dapat membantu mengurangi risiko pengembangan alergi. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat diterapkan.

1. Menyusui Eksklusif

Menyusui secara eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan bayi dapat membantu mengurangi risiko alergi makanan. ASI mengandung nutrisi dan antibodi yang penting untuk mengembangkan sistem kekebalan tubuh yang sehat.

2. Pengenalan Makanan Padat secara Bertahap

Mulailah memperkenalkan makanan padat sekitar usia 6 bulan sambil terus menyusui. Bunda sebaiknya memberikan makanan baru satu per satu, dengan jarak beberapa hari antara setiap makanan baru untuk memantau reaksi alergi. Jangan lupa untuk mengamati dengan cermat setiap reaksi yang mungkin terjadi setelah memperkenalkan makanan baru.

3. Menghindari Makanan Alergen Selama Kehamilan dan Menyusui

Menghindari makanan alergen selama kehamilan atau menyusui sebaiknya dilakukan terutama jika ada indikasi alergi yang kuat dari riwayat keluarga.

4. Mengurangi Paparan Lingkungan yang Memicu Alergi

Jauhkan bayi dari asap rokok, karena paparan asap rokok dapat meningkatkan risiko alergi.

Selain itu, jaga kebersihan rumah dan hindari paparan polusi udara berlebihan.

5. Pengelolaan Eksim

Jika bayi memiliki eksim, perawatan kulit yang baik dapat membantu mengurangi risiko pengembangan alergi makanan. Gunakan pelembap secara teratur dan hindari pemicu yang dapat memperburuk eksim.

6. Konsultasi dengan Dokter

Apabila ada riwayat keluarga alergi, berkonsultasilah dengan dokter anak atau ahli alergi untuk mendapatkan saran tentang cara terbaik memperkenalkan makanan padat dan mengurangi risiko alergi. Bunda juga sebaiknya melakukan pengawasan dan penilaian rutin terhadap perkembangan bayi dan potensi alergi.

Selain memperhatikan alergi makanan pada bayi, Bunda juga perlu memilih wadah makan yang berkualitas untuk menjamin kebersihan dan kesehatan bayi. Penyimpanan ASI perah dan makanan MPASI pada anak sangat penting. Oleh sebab itu, Bunda tidak boleh sembarangan dalam memilih produk yang tepat untuk si kecil.

Dalam hal ini, Hegen memperkenalkan produk Hegen Breastmilk Storage yang multifungsi karena bisa digunakan untuk menyimpan ASI perah, wadah MPASI, hingga dijadikan sebagai botol susu. Berikut adalah keunggulan Hegen Breastmilk Storage yang patut Bunda pertimbangkan.

  • Menggunakan material PPSU berwarna amber kekuningan yang bebas pigmen buatan, serta BPA free yang menjamin makanan bayi tidak akan terkontaminasi dengan bahan berbahaya.
  • Bahan PPSU tahan di suhu -20°C hingga 180°C sehingga awet dan tahan lama.
  • Produk mudah dibersihkan karena berbentuk lebar. Dengan demikian wadah MPASI juga lebih higienis.
  • Tutup wadah sangat rapat dan memudahkan Bunda dalam membuka/menutupnya karena menggunakan inovasi PCTOTM (Press-to-Close Twist-to-Open).
  • Selain bisa digunakan untuk wadah ASIP, puree, bubur saring, hingga nasi tim, Hegen Breastmilk Storage juga bisa dipakai untuk menyimpan camilan, potongan buah, oatmeal, bumbu dapur, dan lain-lainnya.
  • Tersedia dalam 3 pilihan ukuran yaitu 60 ml, 150 ml, dan 240 ml.

Dapatkan produknya di halaman official store Hegen Indonesia dengan klik di sini. Bunda juga bisa menemukan berbagai produk unggulan dan berkualitas lainnya seperti feeding bottle, drinking bottle, straw cup, breast pump, teats/dot bayi, bottle and teat cleaner, dan aksesori pendukung lainnya sesuai dengan kebutuhan. Pengalaman menyusui dan pemberian MPASI jadi lebih aman, nyaman dan menyenangkan bersama Hegen Indonesia.


Referensi:

  1. Ashley Marcin. What to Do If Your Baby Has an Allergic Reaction to Food. https://www.healthline.com/health/baby/baby-allergic-reaction-to-food
  2. LaKeisha Fleming. What to Do If Your Baby Is Having an Allergic Reaction. https://www.verywellfamily.com/what-to-do-baby-allergic-reaction-6361253
  3. ASCIA. How to Introduce Solid Foods to Babies for Allergy Prevention. https://www.allergy.org.au/patients/allergy-prevention/ascia-how-to-introduce-solid-foods-to-babies

Featured image - freepik/user14699452