Blog Hegen

8 Cara Atasi Intoleransi Laktosa pada Bayi, Jangan Cemas Bun

Pernahkah Bunda menemukan si Kecil mengalami diare setelah minum susu? Jika pernah, kemungkinan besar si Kecil mengalami intoleransi laktosa atau lactose intolerance, terlebih disertai dengan beragam gejala lainnya. Kondisi ini tidak boleh dibiarkan terus-menerus karena bisa menimbulkan berbagai masalah kekurangan nutrisi pada bayi. Untuk mendapatkan penanganan yang tepat, yuk kenali gejala dan cara mengatasi intoleransi laktosa pada bayi.

Apa itu Lactose Intolerance yang Dialami Bayi?

Sebelum mengetahui apa itu intoleransi laktosa atau lactose intolerance, kenali arti laktosa terlebih dahulu ya, Bunda. Dikutip dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), laktosa adalah sumber karbohidrat terpenting dalam ASI dan susu formula. 

Hampir seluruh zat laktosa yang masuk ke usus halus dihidrolisis (dipecah) menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim laktase yang ada di mikrovili epitel usus halus. Hasil pemecahan laktosa ini akan diserap dan masuk ke dalam aliran darah sebagai nutrisi.

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia, intoleransi laktosa adalah gejala klinis akibat tidak terhidrolisisnya laktosa secara optimal di dalam usus halus akibat enzim laktase yang berkurang. 

Gejala klinis yang dialami yaitu diare profus, nyeri perut, kembung, muntah, merah di sekitar anus, tinja berbau asam, hingga diare. Nah, diare ini adalah salah satu gejala khas yang dialami bayi dengan lactose intolerance. Artinya, lactose intolerance dan diare bisa dianggap sebagai dua kondisi yang terjadi hampir selalu bersamaan.  

Gejala Bayi dengan Intoleransi Laktosa

Gejala intoleransi laktosa yang dialami bayi bisa bervariasi, mulai dari kembung atau diare yang bisa diketahui langsung. Namun, terdapat gejala lain yang terkadang tidak disadari Bunda dan meningkatkan risiko bayi mengalami kondisi kekurangan nutrisi. 

  • Diare

Gejala umum yang paling mudah dikenali jika si Kecil alami intoleransi laktosa adalah diare. Saat diare, bayi lebih sering BAB dengan tekstur tinja lebih encer. 

Bedanya dengan diare pada umumnya yang dipicu oleh infeksi, diare akibat intoleransi zat laktosa dalam susu, mengeluarkan tinja berbau asam dan memunculkan iritasi  kemerahan di sekitar anus bayi. 

Jika si Kecil diare dalam jumlah banyak, maka berisiko dehidrasi yang kondisinya tidak boleh dibiarkan. Tanda-tanda bayi dehidrasi seperti lemas, mengantuk, hingga kulit keriput.

  • Muntah

Gejala berikutnya adalah mual yang disertai muntah. Proses mual terjadi ketika laktosa berfermentasi di usus, kemudian menciptakan gas dan asam lemak. Mual biasanya muncul 30 menit setelah si Kecil minum produk susu, yang dilanjutkan muntah.

  • Perut kembung

Fermentasi laktosa oleh bakteri di usus besar dapat menghasilkan gas yang membuat perut bayi kembung dan sering kentut. Saat kembung, bayi cenderung lebih rewel tanpa alasan jlas dan lebih sering melengkungkan perutnya ke belakang.

intoleransi laktosa

 

  • Sakit perut

Bayi belum bisa menyatakan tentang rasa sakit perut yang dialaminya. Oleh karena itu, bayi akan menangis dan biasanya enggan untuk tidur atau menyusu. Bayi juga akan memperlihatkan ekspresi wajah kesakitan.

  • Berat badan tidak naik

Apabila si Kecil mengalami intoleransi laktosa, berat badannya tidak bertambah seiring bertambah usianya. Hal ini bisa terjadi karena terhambatnya penyerapan nutrisi.  

Selain beberapa gejala umum di atas, gejala lain yang dialami si Kecil antara lain biduran, ruam kulit bersisik, batuk atau mengi, darah dalam tinja, mata berair, hidung tersumbat, hingga pembengkakan pada mulut dan tenggorokan.

Jenis Umum Intoleran Laktosa pada Bayi

Lactose intolerance yang dialami bayi ada dua jenis, yaitu primer dan sekunder. 

  • Primary lactose intolerance

Primary lactose intolerance merupakan kondisi genetik langka dan biasanya bayi menunjukkan gejala malabsorpsi dan dehidrasi. Kondisi ini membuat bayi sulit mencerna asupan susu dan termasuk keadaan darurat medis yang memerlukan perawatan khusus segera.

  • Secondary lactose intolerance

Sementara secondary lactose intolerance dipicu karena ketidakmampuan tubuh untuk mencerna laktosa yang masuk ke tubuh bayi. Bayi tidak mempunyai cukup enzim laktase dalam tubuhnya akibat serangan penyakit, cedera, atau operasi yang melibatkan usus. Hasilnya, laktosa tidak bisa dipecah menjadi unit yang lebih kecil sehingga tubuh tidak bisa mengakses molekul gula.

Cara Efektif Mengatasi Lactose Intolerance pada Bayi

 intoleransi laktosa

Hingga saat ini, belum ditemukan penanganan medis yang mampu membantu meningkatkan laktosa pada bayi dengan masalah intoleransi. Namun, Bunda bisa mengambil cara berikut ini untuk membantu menjaga kondisi buah hati tetap sehat dan nutrisi tercukupi:

  1. Menghindari mengonsumsi susu maupun produk olahannya dalam jumlah besar. Bahkan lebih baik sama sekali tidak mengonsumsinya. Contoh produk susu dan olahannya dengan laktosa yang harus Bunda perhatikan seperti susu sapi, susu kambung, yogurt, keju, es krim, dan mentega.
  2. Sebelum memberikan makanan atau minuman ke si Kecil, terlebih yang mengandung laktosa, baca detail label komposisi bahan yang tercantum dalam kemasan produk.
  3. Mengganti dan mengalihkan jenis susu untuk bayi dengan susu yang bebas laktosa.
  4. Disarankan si Kecil untuk menerapkan diet bebas laktosa selama 2 minggu. Lalu perkenalkan kembali makanan dengan laktosa untuk menilai tingkat toleransinya. Batas aman konsumsi laktosa tidak lebih dari 12 gram. 
  5. ASI tetap diberikan untuk memastikan asupan nutrisi tetap optimal. 
  6. Penuhi makanan sehat yang kaya kalsium, vitamin D, dan zat gizi lainnya dari kacang almond, tahu, kol, kuning telur, hati sapi, serta ikan salmon, tuna, dan makarel. 
  7. Pedoman Gizi Seimbang dari Kementerian Kesehatan RI, menganjurkan anak yang alami diare dan intoleransi laktosa, tidak diberikan susu dari sumber hewani. Gantinya, berikan susu kedelai, telur, dan ikan untuk pemenuhan zat gizi. 
  8. Apabila gejala lactose intolerance yang dialami si Kecil tidak kunjung sembuh dalam waktu 3 hari, segera periksakan si Kecil ke dokter. Terlebih jika bayi Bunda sampai mengalami demam, tekstur BAB sangat cair dan bercampur darah, serta muntah berkali-kali.

Setelah memahami segala informasi seputar lactose intolerance pada bayi, Bunda harus pastikan kebutuhan nutrisi bayi dari ASI tetap terpenuhi dengan baik. Melalui proses mengASIhi yang mudah dan menyenangkan, akan menghasilkan setiap tetes ASI yang berharga. 

Mari Bunda percayakan produk terbaik dari Hegen Indonesia untuk mendukung asupan ASI si Kecil mulai dari Hegen PPSU Feeding Bottle yang multifungsi, teat anti colic, breastpump manual dan elektrik, hingga berbagai aksesoris bayi lainnya. 

Cek katalog produk original dari Hegen dan belanja kebutuhan Bunda sekarang juga secara online cukup dari rumah.


Referensi

  1. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. In Toleran Laktosa. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1604/in-toleran-laktosa
  2. HelloSehat. Intoleransi laktosa Pada Anak, Apa Saja yang Harus Diperhatikan?. https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/penyakit-pada-anak/intoleransi-laktosa-pada-anak/
  3. Higuera, V. Healthline (2019). Parenthood. Signs and Symptoms Your Baby May Be Lactose Intolerant.